Perjuangan Gerakan mahasiswa Mei 98’
dan gerakan rakyat untuk membangun Demokratisasi di Indonesia kembali dikhianati oleh
penguasa. Perjuangan tersebut mengalami kegagalan karena dalam realitasnya,
demokatisasi sekarang ini di bungkam sendiri oleh penguasa. Selama 32 tahun
bangsa kita dikuasai oleh Rejim Diktator Soeharto yang korup dan Anti Kritik
menjadi alasan berjuangnnya mahasiswa dan rakyat untuk menghancurkan Rejim Orde
Baru. Benarkah turunnya Soeharto berarti Tumbangnnya Orde Baru ?
Ternyata tidak! Sebab di era
reformasi ini cara-cara lama seperti teror,represif dan tuduhan melanggar
hukum/ketertiban setiap perjuangan demokrasi masih di praktekkan oleh
pemerintahan baru. Bahkan Perguruan Tinggi (kampus), yang kita percayai sebagai
tempat paling aman mendiskusikan Nasib
Rakyat Kecil yang di tindas justru menjadi tempat bersarangnya penguasa
(birokrasi) yang diktator. Ini membuktikan bahwa kekutan lama tetap berkuasa
dan menindas.
Mahasiswa yang sadar pentingnnya demokratisasi
pendidikan mulai melakukan perjuangan di kampus-kampus. Kita tentu masih ingat
dengan Aksi Mogok Makan Revolusi Kampus di Pintu Satu UNHAS yang mendapat teror
dari Birokrasi dan aparat, juga Aksi
Mahasiswa UI, dan UBK yang menuntut SPP murah,
dihadapi dengan skorsing dan pemecatan mahasiswa, serta aksi kawan-kawan
ITB yang menolak Swastanisasi kampus dan intervensi birokrat terhadap kegiatan kemahasiswaan. Semua itu
adalah usaha yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memperjuangkan demokratisasi
dan ketertindasan yang dialami di kampus.
Rabu Tanggal 26 September 2001, kawan-kawan
mahasiswa Politeknik Neg. Makassar yang unjuk rasa dan berusaha melakukan
dialog dengan Direktur (birokrasi) menuntut Transparansi Pengolahan Dana
Keuangan POLTEK karena dirasa biaya SPP yang naik tiap tahunnya, dibalas dengan
Pemecatan (DO) dua orang Mahasiswa; Haekel (Ketua BEM POLTEK) dan Asdar
(Pengurus DEMA), skorsing 7 orang dan 45 mahasiswa lainnya yang belum jelas
nasibnya. Represif dan tindakan-tindakan seperti ini makin membuktikan bahwa
perjuangan dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia memang selalu di hambat
dan memperoleh tantangan dari kelompok-kelompok pro status quo yang dengan
berbagai cara berusaha untuk membungkam suara-suara kritis yang memperjuangkan
demokrasi. Peristiwa ini menjadi pelajaran dan semakin mengingatkan kita
perlunya membangun kekuatan mahasiswa yang bersatu melawan tirani di
kampus-kampus. Sebab pemecatan terhadap mahasiswa yang kritis akan kembali
mereka praktekkan jika kita mahasiswa tidak melawannya secara bersama.
Mari bersatu bangun solidaritas untuk
mendukung perjuangan kawan-kawan Mahasiswa Poltek dan bersama menolak Skorsing
dan Pemecatan Mahasiswa(DO) Poltek. Mari bangun solidaritas, sebab apa yang di
alami kawan-kawan mahasiswa poltek saat ini merupakan persoalan kita semua di
kampus kita masing-masing. Pejuangan yang kita lakukan tanpa melihat nama
kampus, warna jas almamater sebab tujuan perjuangan kita sama, yaitu membangun
demokratisasi di Indonesia.
Mari menuju Satu kampus Milik Bersama..Tanpa Batas-Tanpa Penindasan.
Solidaritas Mahasiswa Anti
Pendidikan Represif (SMAPER)
Bangun
Kekuatan Mahasiswa, lawan hegemoni birokrat kampus.!!!!
SAATNYA KEKUATAN MAHASISWA BERSATU
Perjuangan Gerakan mahasiswa Mei 98’
dan gerakan rakyat untuk membangun Demokratisasi di Indonesia kembali dikhianati oleh
penguasa. Perjuangan tersebut mengalami kegagalan karena dalam realitasnya,
demokatisasi sekarang ini di bungkam sendiri oleh penguasa. Selama 32 tahun
bangsa kita dikuasai oleh Rejim Diktator Soeharto yang korup dan Anti Kritik
menjadi alasan berjuangnnya mahasiswa dan rakyat untuk menghancurkan Rejim Orde
Baru. Benarkah turunnya Soeharto berarti Tumbangnnya Orde Baru ?
Ternyata tidak! Sebab di era
reformasi ini cara-cara lama seperti teror,represif dan tuduhan melanggar
hukum/ketertiban setiap perjuangan demokrasi masih di praktekkan oleh
pemerintahan baru. Bahkan Perguruan Tinggi (kampus), yang kita percayai sebagai
tempat paling aman mendiskusikan Nasib
Rakyat Kecil yang di tindas justru menjadi tempat bersarangnya penguasa
(birokrasi) yang diktator. Ini membuktikan bahwa kekutan lama tetap berkuasa
dan menindas.
Mahasiswa yang sadar pentingnnya
demokratisasi pendidikan mulai melakukan perjuangan di kampus-kampus. Kita
tentu masih ingat dengan Aksi Mogok Makan Revolusi Kampus di Pintu Satu UNHAS
yang mendapat teror dari Birokrasi dan
aparat, juga Aksi Mahasiswa UI, dan UBK yang menuntut SPP murah, dihadapi dengan skorsing dan pemecatan
mahasiswa, serta aksi kawan-kawan ITB yang menolak Swastanisasi kampus dan
intervensi birokrat terhadap kegiatan
kemahasiswaan. Semua itu adalah usaha yang dilakukan oleh mahasiswa untuk
memperjuangkan demokratisasi dan ketertindasan yang dialami di kampus.
Rabu Tanggal 26 September 2001, kawan-kawan mahasiswa
Politeknik Neg. Makassar yang unjuk rasa dan berusaha melakukan dialog dengan
Direktur (birokrasi) menuntut Transparansi Pengolahan Dana Keuangan POLTEK
karena dirasa biaya SPP yang naik tiap tahunnya, dibalas dengan Pemecatan (DO)
dua orang Mahasiswa; Haekel (Ketua BEM POLTEK) dan Asdar (Pengurus DEMA),
skorsing 7 orang dan 45 mahasiswa lainnya yang belum jelas nasibnya. Represif
dan tindakan-tindakan seperti ini makin membuktikan bahwa perjuangan dalam
mewujudkan demokrasi di Indonesia
memang selalu di hambat dan memperoleh tantangan dari kelompok-kelompok pro
status quo yang dengan berbagai cara berusaha untuk membungkam suara-suara
kritis yang memperjuangkan demokrasi. Peristiwa ini menjadi pelajaran dan
semakin mengingatkan kita perlunya membangun kekuatan mahasiswa yang bersatu
melawan tirani di kampus-kampus. Sebab pemecatan terhadap mahasiswa yang kritis
akan kembali mereka praktekkan jika kita mahasiswa tidak melawannya secara
bersama.
Mari bersatu bangun solidaritas untuk mendukung
perjuangan kawan-kawan Mahasiswa Poltek dan bersama menolak Skorsing dan
Pemecatan Mahasiswa(DO) Poltek. Mari bangun solidaritas, sebab apa yang di
alami kawan-kawan mahasiswa poltek saat ini merupakan persoalan kita semua di
kampus kita masing-masing. Pejuangan yang kita lakukan tanpa melihat nama
kampus, warna jas almamater sebab tujuan perjuangan kita sama, yaitu membangun
demokratisasi di Indonesia.
Mari menuju Satu kampus Milik Bersama..Tanpa Batas-Tanpa Penindasan.
Solidaritas Mahasiswa Anti
Pendidikan Represif (SMAPER)
Bangun
Kekuatan Mahasiswa, lawan hegemoni birokrat kampus.!!!!