BERFIKIR BAIK DAN BENAR



Berfikir adalah berbicara dengan diri sendiri mempertimbangkan, menganalisa dan membuktikan, bertanya mengapa dan untuk apa sesuatu terjadi.

Orang yang berbahagia dan tenteram hidupnya ialah orang yang memikirkan setiap langkahnya secara akal sehat.

            Sebagai upaya mewujudkan tuntutan reformasi, salah satu sikap yang perlu dilakukan adalah bahwa dalam proses pelaksanan pembangunan perlu adanya suatu perubahan sikap yang berorientasi pada pelayanan masyarakat, transparansi, dan akuntabilitas untuk mewujudkan "Good Governance".

            Istilah mewujudkan Good Governance menurut Menteri Kimpraswil, Ir. Erna Witoelar, M.Si. dalam pidatonya pada Hari Bakti PU ke 55 tanggal 3 Desember 2000, yaitu : "birokrasi yang bersih, berwibawa, transparan dalam menjalankan tugas pelayanan publik dalam bentuk tekad untuk memerangi praktek-praktek KKN"

            Bangsa Indonesia sangat mendambakan pemerintahan yang "Good Governance", meski sampai saat ini masih jauh dari harapan.

            Membangun Pemerintahan yang "Good Governance" sangat ditentukan oleh sikap dan perilaku aparatur dan oleh karena itu, Pemerintah dengan sendirinya dituntut untuk meningkatkan kemampuan SDM-nya sesuai dengan bidang tugasnya, kesejahteraannya, termasuk menentukan sikap dan perilakunya agar mampu berpikir dengan baik dan benar.

            Dalam sajian tulisan ini penulis berusaha memfokuskan pada sikap perilaku SDM agar mampu berpikir dengan baik dan benar, sehingga dalam melaksanakan perannya dapat mengubah sikap yang berorientasi pada pelayanan masyarakat secara prima dan transparan sesuai dengan agenda-agenda reformasi.

            Alur pikir tersebut di atas, merupakan suatu pendekatan dalam menulis. Namun, sebelum membahas upaya-upaya berpikir baik dan benar sesuai dengan judul di atas, terlebih dahulu penulis mengulas tentang manusia, berpikir, berpikir logis dan berpikir positif yang semuanya itu erat kaitannya dengan judul tulisan ini.

MANUSIA

            Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan akal dan pikiran. Tanpa akal manusia tidak akan bisa membuat waduk/bendungan, jalan dan jembatan, rumah-rumah bertingkat dan sebagainya. Hanya dengan akal dan pikiran, manusia dapat berubah taraf kehidupannya dari tradisional, berkembang dan mengikuti perkembangan sampai dengan modern.

            Namun, manusia tidak pernah puas dengan keadaan yang ada, mereka selalu ingin mengubah keadaan tersebut. Ketidakpuasannya menimbulkan perubahan-perubahan sehingga tercipta dunia maju.

            Manusia pada umumnya selalu menghadapi berbagai masalah. Semua itu dapat diatasi, apabila ia mau berpikir yang benar. Demikian pula dilingkungan aparatur. Setiap pimpinan, baik tingkat atas maupun bawah pasti akan menghadapi berbagai masalah. Apabila jika yang dihadapi masalah-masalah yang sulit dan sangat rumit, untuk mengatasinya sangat diperlukan akal dan pikiran yang sehat.

APA BERPIKIR ITU ?

            Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, tentu diperlukan akal untuk berpikir secara benar. Berpikir adalah berbicara dengan diri kita sendiri, dalam batin kita, perlu mempertimbangkan, menganalisis, membuktikan sesuatu dengan masing-masing, tertentu, lalu bertanya mengapa dan untuk apa sesuatu terjadi. Orang mengatakan berpikir yang baik adalah berpikir logis.

BERPIKIR LOGIS

            Berpikir secara logis atau berpikir dengan penalaran ialah berpikir tepat dan benar yang memerlukan kerja otak dan akal sesuai dengan ilmu-ilmu logika. Setiap apa yang akan diperbuat hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang ada pada dirinya masing-masing. Jika hal tersebut sesuai dengan kenyataan dan apabila dikerjakan mendapat keuntungan, maka segera dilaksanakan.

            Seandainya ada pengusaha mempunyai pikiran ingin membangun permukiman di atas sawah yang subur dan sawah tersebut telah ada jaringan irigasi teknis yang bisa dihandalkan, maka sebaiknya niat pengusaha itu digagalkan saja. Jika dilaksanakan dapat menyalahi aturan tata ruang, meresahkan petani, mengurangi lapangan kerja, dan yang paling membahayakan jika mengakibatkan timbulnya kelaparan.

            Berpikir dengan cara penalaran atau berpikir logis, selain memikirkan diri kita sendiri juga harus memperhatikan lingkungan. Berpikir secara logis adalah berpikir tentang akibat yang tidak terbawa emosi.

            Seandainya keinginan itu telah membara, namun tidak mengukur kekuatan kita sendiri, akhirnya berakibat buruk. Itulah sebabnya, mengapa seorang yang telah berhasil tiba-tiba mengalami depresi yang luar biasa, saat mengalami kemerosotan kekayaannya dan bahkan jiwanyapun terpengaruh juga.

            Seharusnya seorang tidak atau jangan yakin dengan kebenaran yang telah dipikirkan sebelum menarik kesimpulan, lebih tepat jika gagasan yang dianggap benar itu lebih dahulu dilontarkan kepada orang lain yang dapat dipercaya. Mereka yang bisa dipercaya dapat dimintai penilaian benar atau tidaknya anggapan itu. Saran-saran orang lain sangat membantu dalam mencintai kebenaran berpikir.

            Sebaiknya orang tersebut mengupayakan kesimpulan yang bersifat sungguh-sungguh, pasti, tidak ada pengaruh luar yang dapat mengguncang, mengganggu, mempengaruhi jalan pikiran atau kepastian dari kesimpulan. Suatu kesimpulan itu pasti, apabila kita tahu dengan pasti tanpa ragu-ragu bahwa kesimpulan yang kita tarik itu benar dan kesimpulan yang mengatakan sebaliknya itu salah.

BERPIKIR POSITIF

            Pada umumnya manusia akan menyimpan rasa tidak enak, apabila dirinya dihina dan diejek orang lain. Kemudian timbul rasa benci terhadap mereka, tidak mudah melupakan atau memaafkan. Akan tetapi bagi orang yang berpikir positif dan kreatif, dia tidak ambil peduli dengan hinaan, menurut mereka masih banyak kegiatan-kegiatan lain yang perlu pemikiran, lagi pula mengapa harus memikirkan sesuatu hal yang sepele (emang gue pikirin, bahasa betawinya).

            Jika Anda benci terhadap musuh, sebenarnya Anda telah memberi mereka suatu kekuatan untuk menyerang Anda. Karena kebencian dan dendam itu membuat Anda sah, tidak bisa tidur, hati berdebar-debar, denyut jantung semakin mengeras dan serba salah.

            Kebencian Anda terhadap mereka sama sekali tidak akan melukai hati mereka, tetapi malahan sebaliknya kebencian dan kecemasan Anda itu akan mempengaruhi ketegangan jiwa Anda. Jadi membenci lawan berarti menciptakan suasana pikiran yang tidak tenteram bagi diri sendiri. Hal ini tidak akan bermanfaat sedikitpun bagi kita, bahkan kita dibuat lesu, cemas, gugup, dan perasaan serba tidak enak serta yang akan rugi kita sendiri.

UPAYA BERPIKIR SECARA BAIK DAN BENAR

            Biasanya orang yang sedang marah atau kalap, tidak dapat berpikir secara akal sehat dan tanpa berpikir secara penalaran, sehingga dalam keadaan seperti ini akal akan dikalahkan oleh emosi yang meledak. Manusia yang marah pasti tanpa adanya kesadaran dan keseimbangan pikiran. Pada akhirnya suatu saat dia akan kecewa oleh tingkahnya sendiri.

            Orang yang berbahagia dan tenteram hidupnya ialah orang yang memikirkan setiap langkahnya secara akal sehat. Dia melihat kemampuan dirinya dan selalu menarik kesimpulan dari pertimbangan-pertimbangan dengan akal sehat (rasional)

            Dibawah ini merupakan suatu upaya bagaimana berpikir baik dan benar dengan melakukan cara penalaran, yang konon bisa dipelajari :

Harus berpikir secara kritis, hal ini dilakukan agar apabila ada sesuatu keterangan yang tidak atau belum pasti hendaknya jangan dipercaya begitu saja.

Sebelum bertindak sebaiknya harus berpikir lebih dahulu untuk beberapa saat (konsentrasi).

Pandangan harus lebih luas daripada pikiran kita sendiri, sehingga harus waspada terhadap prasangka-prasangka sendiri. Jangan menganggap benar apa yang kita sukai dan menolak apa yang kita benci.

Berpikir dua kali dan jangan gegabah mengambil keputusan atau mengemukakan pendapat seakan-akan kebenaran mutlak/terlalu berani tanpa perhitungan.

Bersikap terbuka, mungkin pendapat kita dibenarkan/dikoreksi atau ditinggalkan sama sekali atas dasar informasi yang benar.

Hendaknya kita berpikir dalam jangka panjang dan berpandangan luas.

Kita harus bersikap kritis terhadap apa yang dikemukakan oleh orang lain, untuk check and recheck juga terhadap pendapat sendiri.

Kita wajib bersikap optimis, mencari segi-segi positif dalam segala hal dan berdiskusi juga dalam hal berpikir, serta bersikap simpatik terhadap orang lain.

Harus bertaqwa, karena taqwa itu sendiri adalah merupakan sumber kejujuran. Dengan bertaqwa tentunya akan diikuti oleh kewibawaan.

Bersikap jujur, orang banyak belajar dari kesalahannya sendiri, asal disadari dan diakuinya.

Harus belajar terus-menerus

Bekerja dengan hatinurani yang tulus dan berpikir secara teratur dan berencana, agar mampu tampil secara profesional.

KESIMPULAN

            Membangun pemerintahan yang "Good Governance" sangat ditentukan oleh sikap dan perilaku aparatur. Untuk itu, bagi setiap aparatur harus berusaha agar dapat berpikir secara baik dan benar. Hal ini dapat dilakukan, asalkan ada niat dan kemauan yang keras untuk melaksanakan upaya-upaya berpikir secara baik dan benar dengan suatu penalaran.

            Akhirnya, apabila Aparatur Pemerintah mampu memahami dan mengamalkan kemampuannya berpikir secara baik dan benar, Insya Allah pemerintahan yang "Good Governance" akan terwujud.